Bandar Lampung – Setelah lebih dari sepuluh tahun tak digelar, Uji Kompetensi Guru (UKG) akhirnya kembali dilaksanakan di Provinsi Lampung.
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Lampung melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) memulai pemetaan kualitas guru SMA/SMK secara besar-besaran pada Sabtu, 18 Oktober 2025, sebagai langkah awal pembenahan mutu pendidikan di daerah.
Tes perdana ini dipusatkan di SMAN 5 dan SMAN 9 Bandar Lampung. Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal meninjau langsung pelaksanaannya.
Uji kompetensi dilakukan secara daring melalui aplikasi School.media, mencakup empat komponen utama. Tes kepribadian, sosial, dan pedagogi masing-masing berlangsung satu jam, sementara tes profesional berdurasi sekitar satu jam tiga puluh menit. Pengawasan melibatkan Balai Guru dan Tenaga Kependidikan (BGTK).
Total 2.674 guru mengikuti sesi pertama pemetaan ini. Rinciannya, 888 guru dari SMA unggulan dan sekolah reguler di Bandar Lampung, 175 guru SMK di kota yang sama, serta 1.611 guru dari 30 SMA unggulan di berbagai kabupaten/kota.
Kepala Disdikbud Lampung Thomas Amirico menegaskan, uji kompetensi ini merupakan tahap awal dari total sekitar 14.368 guru yang akan dites secara bertahap.
“Guru kita tes melalui CAT (Computer Assisted Test) untuk melakukan pemetaan awal terkait kompetensi masing-masing guru. Setelah kita tahu datanya, baru nantinya dilakukan pembelajaran,” ujar Thomas di SMAN 5 Bandar Lampung.
Ia menjelaskan, setelah pemetaan awal, para guru akan mengikuti pembelajaran selama enam bulan disertai pelatihan instruktur (TOT), lalu menjalani tes ulang untuk mengukur peningkatan kompetensi.
“Selanjutnya mereka dites ulang untuk mengukur pembelajaran dan dilakukan berkala. Supaya mereka bisa mengoreksi demi meningkatkan kompetensi,” tambahnya.
Thomas menegaskan, UKG 2025 ini menjadi kegiatan perdana di era Gubernur Mirza setelah satu dekade lebih tidak terlaksana. Aspek yang diuji mencakup ideologi, profesionalisme, sosial, kepribadian, hingga kemampuan teknis.
“Nanti ada dua nilai yang digabung, lalu akan keluar rating kompeten atau tidak. Dari situ kita lakukan penguatan,” ujarnya.
Kepala Bidang Pembinaan dan Ketenagaan Disdikbud Lampung, Jhoni Efendi, menambahkan para peserta berasal dari 14 mata pelajaran.
“Matematika menempati posisi peserta terbanyak dengan 365 guru, disusul Bahasa Indonesia 269 guru, Bimbingan Konseling 279 guru, Bahasa Inggris 228 guru, Biologi 191 guru, Fisika 149 guru, dan Kimia 162 guru. Selebihnya mencakup Ekonomi 143 guru, PKn/Pancasila 135 guru, Sejarah dan PJOK masing-masing 176 guru, TIK/Informatika 167 guru, Geografi 123 guru, Sosiologi 111 guru, dan sejumlah mata pelajaran lain,” jelasnya.
Jhoni menekankan bahwa Lampung memiliki karakter pendidikan yang sangat beragam sehingga kebijakan tidak bisa disamaratakan.
“Lampung ini karakternya beragam, dari sekolah di kota sampai wilayah pelosok. Tantangannya beda-beda. Jadi intervensinya tidak boleh seragam,” ujarnya.
Ia menyebut kesiapan teknologi, distribusi pendidik, dan kesenjangan kompetensi sebagai faktor yang turut memengaruhi pelaksanaan pemetaan.